Rabu, 05 Juni 2013

Cincau Hijau Minuman Herbal

Cincau Hijau Minuman Herbal

Cincau hijau dikenal dengan nama daluman oleh masyarakat Bali. Di Jawa, cincau hijau memiliki nama lokal seperti camcao, juju dan kepleng. Masyarakat Sunda menyebutnya camcauh atau tahulu. Berbeda dengan cincau hitam, camcao menghasilkan konsentrasi cincau (hijau) yang lebih pekat. Namun masih memberi kesan transparan seperti jelly. Tak heran apabila di China cincau hijau ini disebut ai-yu jelly.
Tumbuhan yang bernama latin Cylea barbata Myers ini merupakan tumbuhan merambat. Dengan diameter batang yang kecil, panjang tanaman daluman dapat mencapai belasan meter. Kulit batangnya kasap. Sementara itu daunnya berbentuk perisai. Warna daunnya hijau pucat dan mempunyai permukaan yang agak berbulu. Tergantung jenisnya, ada juga daun daluman yang licin mengkilap. Akan tetapi yang lebih sering dijadikan minuman adalah jenis daun dengan permukaan berbulu. Kenapa? Karena rasanya lebih enak, lebih awet dalam arti kata tidak gampang mencair. Jenis inilah yang paling sering dijual dan paling laku di pasaran.
Daun daluman mempunyai kandungan lemak dan semacam karbohidrat yang memiliki kemampuan menyerap air. Itu sebabnya cairan daun daluman dapat menjadi padat. Pembuatan cincau tidaklah sulit. Daun yang sudah dicuci bersih diremas-remas sampai mengeluarkan cairan hijau yang berbusa. Daun yang sudah “remuk” ini kemudian direndam dalam air matang sampai membentuk cairan yang encer. Sebelum cairan terlanjur kental, ampas daun harus segera dipisahkan dengan cara menyaringnya. Diperlukan waktu antara 3-4 jam agar cairan dapat mengeras. Saripati daluman dapat langsung diminum dalam keadaan cair. Selain sebagai bahan baku minuman dingin, daluman dapat dijadikan bahan campuran agar-agar.
Dalam proses pembuatannya, ada yang merebus daun terlebih dahulu dan menambahkan soda kue sebagai pengawet. Ada juga yang memberi campuran daun jempiring (kacapiring) untuk mempercepat proses pengentalan.
Minuman tradisional ini sangat digemari pada saat musim kemarau atau pada saat bulan Ramadan. Es Daluman mempunyai sifat mendinginkan, dan berkhasiat untuk mengatasi sembelit. Umat Muslim di Kampung Jawa, Denpasar sering mengkonsumsi Es Daluman ini apabila BAB nya tidak lancar, tanpa perlu mengkonsumsi obat pencahar.
Daun daluman sarat akan klorofil yang mengandung beberapa zat anti-protozoa dan tetrandine yang merupakan alkaloid (mirip alkali) penyebab malaria Plasmodium falciparum. Sebagai tanaman herbal, daluman berkhasiat mengurangi sakit perut akibat kolitis (pembengkakan usus) dan menurunkan hipertensi. Sementara itu, akarnya dapat digunakan untuk mengobati demam dengan meminum air seduhannya.
Minuman tradisional Bali ini masih eksis. Namun, di Bali sendiri, agak sulit menjumpai minuman ini dalam daftar menu di restoran - hanya warung-warung kecil dan pedagang keliling. Di Jakarta, Es Daluman disajikan di satu resto di kawasan Kebayoran.
Yang membedakan es cincau Bali dengan es cincau di daerah lain adalah cara pembuatannya yang masih tradisional alias rumahan dan dibuat dari daun cincau segar. Selain itu penggunaan santannya diperoleh dari kelapa bakar. Harum gosong yang semriwing ini mendatangkan sensasi berbeda. Sebagai pemanis biasanya digunakan gula aren.

Dalam perkembangannya, campuran Es Daluman mengikuti selera pasar. Sirup merah menggantikan gula aren, dan cendol pun dijadikan salah satu campurannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar