Selasa, 27 Desember 2011

Bilamana menjadi guru di daerah pelosok


Bilamana Menjadi Guru di Daerah Pelosok

Nama  : Anggy Trianty
NPM   : 10211908
Kelas   : 1 EA 20
Tugas  : Ilmu Budaya Dasar

Pendidikan Suku Togutil di Maluku
Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha untuk mewujudkan suasana belajar secara aktif untuk mengembangkan potensi untuk memiliki kecerdasan dan menciptakan keberhasilan bagi suatu daerah.
Latar belakang
Bila mendengar kata “TOGUTIL”, maka bayangan yang muncul dalam pikiran semua orang di Ternate dan Maluku Utara pasti akan tertuju pada komunitas suku terasing yang hidup secara nomaden di pedalaman pulau Halmahera. Tapi mungkin lain halnya dengan masyarakat di luar provinsi muda ini, misalnya orang-orang di Sulawesi, Jawa, Kalimantan, Sumatera dan sebagainya, nama suku Togutil mungkin baru kali ini didengarnya. Bagi orang Ternate, kata “Togutil” sebagai sebuah istilah, itu identik dengan makna kata “primitif”, “keterbelakangan”, “kebodohan”, “ketertinggalan” serta masih banyak lagi konotasi-konotasi yang bermakna serupa lainnya.. Yang perlu diingat, Orang Togutil sendiri tak ingin disebut "Togutil" karena Togutil bermakna konotatif yang artinya "terbelakang".

Dalam keseharian kehidupan masyarakat di Maluku Utara yang hingga sekarang ini juga telah memasuki era digital sebagaimana orang-orang di pulau Jawa, namun ternyata masih ada saudara-saudaranya yang ada di pedalaman pulau Halmahera yang hidupnya masih primitif dan terbelakang serta jauh dari sentuhan modernisasi. Padahal negara ini sudah merdeka lebih dari 60 tahun yang lalu.


Orang suku Togutil ada yang bermukim di daerah pantai namun sebagian besar berada di hutan pedalaman yang ada sungai yang menjadi sumber kehidupan mereka. Kebanyakan dari mereka mengembara di hutan-hutan tertentu dengan gua-gua atau rumah darurat sebagai tempat bernaung yang dianggap dunianya. Mereka hidup bergantung pada alam. Dalam berpakaian, mereka masih menggunakan “cawat” yang terbuat dari daun dan kulit kayu, tanpa mengenakan baju.

Bagi orang-orang suku Togutil, anjing merupakan harta yang paling tinggi. Seorang Togutil tanpa anjing akan lumpuh dalam pekerjaan dan tidak bergairah. Hal ini mungkin karena peranan anjing begitu besar dalam kehidupan seorang Togutil di hutan, baik dalm berbuiru maupun mencari nafkah. Kemanapun orang suku Togutil pergi, ia akan disertai anjingnya. Karena itulah tidak heran bila seekor anjing dapat menimbulkan permasalahan persengketaan antar perorangan maupun antar kelompok yang berujung pada perang kecil. Masalah bunuh-membunuh, keretakan hubungan antar kerabat dan antar kelompok bisa saja dapat timbul akibat seekor anjing.

Suku Togutil yang kita kenal hingga saat ini, suatu saat nanti siapa sangka mungkin hanya tinggal kenangan. Kini populasi suku ini semakin berkurang. Hal ini bisa saja karena kondisi kebiasaan hidup mereka yang tidak teratur yang mengakibatkan jumlah kelahiran tidak sebanding dengan kematian dari anggota suku ini. Hal lain adalah tabiat mereka yang takut melihat manusia lain dan ini menutup kesempatan mereka mendapatkan makanan pada musim sulit sehingga pada akhirnya mempengaruhi perkembangan populasi dan reproduksi genetika mereka. Semoga suku ini tidak mengikuti jejak Suku Moro di Halmahera utara yang hilang misterius (gaib) di abad sebelumnya. Semoga saja “National Geographic Indonesia berminat melakukan eksplorasi ke tempat ini.
Isi
Bila saya ditugaskan di daerah terpencil saya memilih di daerah MALUKU, SUKU TOGUTIL. Dan sebelum saya mengajar di daerah tersebut saya akan mencari tahu tentang suku togutil.Saya pun harus bisa menempatkan diri saya dengan baik agar bisa di terima denganbaik oleh suku tersebut. Adapun kehidupan yang di miliki oleh suku togutil. Kehidupan Orang Togutil sesungguhnya amat bersahaja. Mereka hidup dari memukul sagu, berburu babi dan rusa, mencari ikan di sungai-sungai, di samping berkebun. Mereka juga mengumpulkan telur megapoda, damar, dan tanduk rusa untuk dijual kepada orang-orang di pesisir. Kebun-kebun mereka ditanami dengan pisang, ketela, papaya dan tebu.Namun karena mereka suka berpindah-pindah, dapat diduga kalau kebun-kebun itu tidak diusahakan secara intesif. Dengan begitu, sebagaimana lazimnya di daerah-daerah yang memiliki suku primitif, hutan di daerah ini tidak memperlihatkan adanya gangguan yang berarti. Suku Togutil tidak mengenal sistem pemerintahan dan kekuasaan yang mengikat. Serta suku tersebut juga tidak mengenal tentang arti bercocok tanam.

Rencana Kerja
Setelah saya menelaah tentang suku togutil saya bisa menyimpulkan bahnwa suku togutil tidak memiliki dan tidak mengetahui tantang system pemerintahan. Dan saya pun bisa memberikan materi tentang arti sistem perintahan dan macam system pemerintahan.
Meteri pelajaran PKN
No
Sub Pokok
Sistem pengajar
1.
Siswa didik dapat mengetahui tentang sistem pemerintahan.
Penjelasan di lakukan secara tatap muka dan Tanya jawab.


Materi pelajaran IPA
No
Sub Pokok
Sistem Pengajar
1.
Siswa dapat mengetahui cara bercocok tanam.
Siswa akan memperaktikan cara bercocok tanam sehingga siswa bisa mengerti.

 Harapan selesai tugas
Anak-anak suku togutil bisa dapat mengerti apa yang di ajarkan oleh saya , sehingga mereka semua akan mengerti apa arti sistem pemerintahan daan arti bercocok tanam. Dan suku mereka bisa menjadi lebih baik dari yang sebelumnya dan bisa menjadi daerah yang tidak akan pernah punah dan bisa lebih menerapkan sistem pemerintahan di daerah mereka.