Nama : Anggy Trianty
NPM : 10211908
Kelas : 4EA25
Tugas
Softskill Etika Bisnis
Perbandingan
Cadangan Devisa China, India dan Indonesia
Artikel Ekonomi. Pesatnya pertumbuhan ekonomi
China tidak lepas dari melimpahnya cadangan devisa yang dimiliki sebagai
kapital yang akan terus memacu pembangunan di negeri tirai bambu tersebut.
Berikut kita bahas Perbandingan Cadangan Devisa China, India, dan
Indonesia untuk mengetahui seberapa besar kekuatan kapital
masing-masing negara yang kini tingkat pertumbuhan ekonominya sangat tinggi di
Asia.
China terus membuktikan diri sebagai raksasa
ekonomi baru di Asia dengan membukukan cadangan devisa sebesar USD1,9056
triliun pada akhir September 2008. Bank Sentral China melalui jaringan
internet Bank Rakyat China menyatakan, jumlah tersebut meningkat sebesar 32,9%
dari tahun sebelumnya dan 25% lebih tinggi dari pada cadangan devisa di akhir
2007.
Meski demikian, pernyataan Bank Sentral China menyebutkan, pertumbuhan dari tahun ke tahun (year on year/yoy) masih dinilai rendah jika dibandingkan kuartal I yang mencapai kenaikan hingga 40%. Hal ini sebagai akibat perlambatan ekonomi global yang terjadi sejak sebulan lalu.
Hingga saat ini China masih berada di
peringkat pertama yang memiliki cadangan devisa terbesar di dunia. Berdasarkan
data yang dikutip dari Reuters, China semakin menjauh dari Jepang
yang berada di urutan ke-2. Sementara cadangan devisa Indonesia per akhir
Agustus 2008 hanya USD58,356 miliar.
Cadangan devisa dunia pada akhir kuartal II tercatat menanjak hingga USD4,4 triliun, dari sebelumnya hanya USD1,5 triliun di awal dekade. Krisis finansial Amerika Serikat (AS) diprediksi akan memperkuat cengkeraman China pada perekonomian Amerika.
Hal ini terjadi karena Beijing kemungkinan
akan banyak membeli sekuritas pemerintah AS dengan memanfaatkan cadangan
devisanya yang kian menggelembung. China telah menguasai sekuritas AS senilai
USD1,3 triliun atau sekitar 70% dari USD1,8 triliun cadangan devisa mereka.
Hal ini memicu kekhawatiran di kalangan
politisi AS bahwa penguasaan China yang begitu besar akan menjadikan negara itu
sebagai ancaman utama bagi AS. Kendati demikian, para pakar mengatakan China
tak mempunyai pilihan lain selain terus membeli aset dengan dominasi dolar.
Hal ini dilakukan untuk mencegah pengurangan
pada nilai asetnya, meski mereka mengetahui saat ini AS menghadapi risiko
terperosok ke arah perekonomian yang terburuk sejak depresi besar pada dekade
1930-an.
"Mereka membutuhkan aset yang likuid dan aman, padahal aset yang demikian tak banyak di bagian dunia lainnya," ujar mantan Kepala Divisi China pada Dana Moneter Internasional (IMF) Eswar Prasad.
Menurut dia, jika China menghentikan pengiriman uangnya ke AS, dolar AS akan mengalami depresiasi atau defisit dengan cepat. Kemudian, dengan defisit neraca berjalan saat ini, tak ada satu pihak pun bersedia membiayai defisit tersebut sehingga dolar akan merosot dan mengikis nilai modal aset mereka.
Selama ini, kata dia, ekonomi AS dikelola melalui defisit neraca berjalan yang besar dan itu bisa memperburuk kondisi ekonomi, terkait rencana Washington menyelamatkan Wall Street dari gejolak ekonomi saat ini.
Sementara itu, Direktur pelaksana Merrill Lynch China Liu Erhfei mengatakan, China akan mampu mempertahankan pertumbuhan yang wajar pada atau di atas 8%. Menurut dia, China perlu menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan dan menjaga inflasi tetap terkendali untuk mengurangi dampak krisis keuangan global.
Hingga saat ini dia mengakui China belum mengalami gejolak seperti yang dihadapi perekonomian negara maju. Liu menambahkan, China memiliki "tugas sederhana", yakni mengatasi inflasi, menstabilkan pertumbuhan, dan meningkatkan permintaan domestik.
Cadangan devisa (foreign exchange reserves)
adalah simpanan mata uang asing oleh bank sentral dan otoritas moneter. Pada
saat ini China memang memiliki cadangan devisa yang paling banyak. Jepang yang
notabene adalah negara paling maju di Asia saja hanya memiliki cadangan devisa
sebesar US $ 996,7 miliar disusul Rusia (US $ 582,2 miliar), India (US $ 295,3
miliar), Korsel (US $ 243,3 miliar). China jauh mengungguli cadangan devisa
Amerika Serikat (US $ 72,5 miliar) dan Inggris (US $ 72,1 miliar).
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar