Nama : Anggy Trianty
Kelas : 3EA25
NPM : 10211908
Tugas
Bahasa Indonesia 2
Pengertian dan Analisa Penalaran Deduktif
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi
– proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Penalaran
deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang berasal dari kata de
dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari pengetahuan
yang lebih umum atau universal. Perihal khusus tersebut secara implisit
terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari
pengetahuan universal ke singular atau individual.
Sedangkan Penalaran Deduktif itu sendiri adalah
cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar untuk menarik
kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan kesimpulan
merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang dikemukakan
dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi
sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau kesimpulan
yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.
Contoh klasik dari penalaran
deduktif :
· Semua
mahluk hidup pasti mati. (premis mayor)
· Manusia
adalah mahluk hidup. (premis minor)
· Manusia
pasti mati. (kesimpulan)
Penalaran deduktif tergantung pada
premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil
yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang
tidak tepat.
Suatu penalaran
memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang shahih.
b. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
c. Rasional, artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.
a. Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang shahih.
b. Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
c. Rasional, artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.
Jenis penalaran
deduktif yang
menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu :
1. Silogisme
Kategorial
2. Silogisme
Hipotesis
3. Silogisme
Alternatif
4. Entimen.
1. Silogisme
Kategorial adalah silogisme
yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi
yang mendukung silogisme disebut dengan premis.
Silogisme
Kategorial: Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor
(My)
Premis khusus : Premis Minor
(Mn)
Premis simpulan : Premis
Kesimpulan (K)
Dalam simpulan
terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat
simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:
1) Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term
mayor, term minor, term penengah.
2) Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis
mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3) Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan
simpulan.
4) Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti
negatif.
5) Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan
yang positif.
6) Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu
simpulan.
7) Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8 ) Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif
tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh Silogisme Kategorial :
My : Semua mahluk adalah ciptaan Tuhan.
Mn : Manusia adalah mahluk.
K : Manusia ciptaan Tuhan.
My : Tidak
ada anak kecil yang
tidak menyukai permen.
Mn : Baim adalah anak kecil.
K : Baim menyukai permen.
My : Semua siswa
SLTA memiliki ijazah SLTP.
Mn : Andi tidak
memiliki ijazah SLTP.
K : Andi bukan
siswa SLTA.
2. Silogisme Hipotesis adalah argumen yang
premis mayornya berupa proposisi hipotesis, sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorial.
Contoh Silogisme Hipotesis :
My
:Jika hujan, saya naik mobil.
Mn
: Sekarang hujan.
K
:Jadi, saya
naik mobil.
My
: Bila hujan, pakaian yang dijemur akan basah.
Mn
: Sekarang pakaian yang dijemur telah basah.
K
: Jadi, hujan telah turun.
My
: Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka
kegelisahan
akan timbul.
Mn
: Politik pemerintahan tidak dilaksanakan
dengan paksa.
K
: Jadi, kegelisahan tidak akan timbul.
My
: Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak
penguasa akan gelisah.
Mn
: Pihak penguasa tidak gelisah.
K
: Jadi, mahasiswa
tidak turun ke jalanan.
3. Silogisme Alternatif adalah silogisme yang
premis mayornya keputusan alternatif sedangkan
premis minornya kategorial yang
mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
Seperti pada silogisme hipotesis istilah premis
mayor dan premis minor adalah secara analog bukan yang semestinya.
Contoh Silogisme Alternatif :
My
: la lulus atau tidak lulus.
Mn
: Ternyata ia lulus.
K
: Jadi, ia bukan tidak
lulus.
My
: Hasan di rumah atau di pasar.
Mn
: Ternyata tidak di rumah.
K
: Jadi, di pasar.
4. Entimen merupakan
silogisme yang salah satu proposisinya dihilangkan tetapi proposisi
tersebut
dianggap ada dalam pikiran dan dianggap oleh orang lain. Entimen pada
dasarnya adalah
silogisme.
Contoh Entimen :
My : Manusia mahluk
rasional.
Mn : Ayam bukan manusia.
K : Ayam tidak
rasional.
My : Setiap manusia
pernah lupa.
Mn : Mahasiswa adalah
manusia.
K
: Mahasiswa pernah
lupa.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar